Senin, 28 Februari 2011

Petikan ...

" Karang "

Langit berwarna merah bersemu kuning berbaur pulasan hitam dimana camar senang melintasinya 
Sinar mentari jatuh meninggalkan bayang tipis diujung lidah ombak yang berpencar dan saling berebut bersusulan batas pantai
Sementara angin berhembus pelan menandakan pergantian alam menghantarkan tidur mentari terlelap
Bergesekan daun pandan mewangi menjatuhkan bayang gelap samar kebawah
Dimana daun ketapang bergantian mencebur gemulai menempatkan diri dari lekung ketinggian dahan
Pucuk rumput lari bergemerisik ... bunga khana kuning mengangguk perlahan bergeser dalam irama angin

Batu karang titik pandang yang paling tegar ditengah lautan tegak menghantam menghadang menahan hantaman ombak dan badai ...
Dengan air pasang yang begejolak setinggi tingginya menjilati bebatuan tapi takkan tenggelam ...
Tetap angkuh dalam tegaknya ... tetap diam dalam bisunya





Aku ingin seperti dia ... tegar dan kokoh menghadapi segala kemungkinan yang kan datang
Meskipun itu hidup atau mati sekalipun ...

Berpaling dari tegarnya alam dengan karang yang menoreh perasaan siapa yang sanggup menerima cobaan dan penderitaan dengan lega hati kecuali karang dilautan ...
Disaat ombak dan badai menerjang menghantam karang tampak semakin pekat hitam melegam
Begitu tegar menantang dilautan yang takkan lekang dimakan waktu
Bayangan berkilau yang dipantulkan ombak membuat agung dan percaya
Keteguhan yang menyimpan misteri juga tentang lubang dan ketajaman

Pantai panjang yang lengang membayangkan kekosongan ...
Rerantingan patah jatuh berceceran ...
Unggas pun diam membisu terlelap akan tidurnya ...
Alam telah mengatur kehidupan didunia dan ku juga harus menerima sebagai garis Illahi ...
Ketika segalanya lebur dalam asa dan angan yang indah ...
Surya telah lama tenggelam ... hitam menyelimuti malam ... damai terasa dalam kehidupan ...



Petikan ini dari Majalah Anita Cemerlang Th 90-an ...

Tidak ada komentar:

Posting Komentar